Candi Plaosan Lor yang terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, selalu memikat perhatian banyak orang karena keindahan dan sejarahnya yang kaya. Kini, setelah pemugaran Candi Perwara Deret II No. 19 selesai dilakukan, kawasan ini akan mengalami pengembangan yang bertujuan untuk meningkatkan pengalaman pengunjung.
Pemugaran yang telah dilakukan menjadi bagian dari komitmen untuk melestarikan warisan budaya yang ada di Indonesia. Pengembangan ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal.
Menurut informasi yang diperoleh, proses pemugaran Candi Perwara Deret II No. 19 melibatkan berbagai tenaga ahli dan lokal. Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dalam pelestarian budaya, yang tidak hanya menyangkut aspek fisik tetapi juga melibatkan masyarakat setempat.
Proses dan Detail Pemugaran Candi yang Cermat dan Berkelanjutan
Proyek pemugaran ini dilakukan dalam dua tahap dengan melibatkan 32 tenaga ahli, termasuk arkeolog dan konservator. Luas candi yang dipugar adalah 4,89 meter persegi dan tinggi 7,26 meter, menunjukkan kompleksitas kerja yang dilakukan.
Satu perwara diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 11 bulan untuk diselesaikan, yang berlangsung dari tahun 2024 hingga 2025. Ini adalah purna pugar ke-27 yang dilakukan oleh Badan Pelestarian Kebudayaan di kawasan ini.
Keberhasilan pemugaran ini mencerminkan keberanian dan komitmen dalam melestarikan warisan budaya yang terkandung dalam wujud fisik candi. Hal ini juga menjadi contoh baik untuk proyek-proyek pelestarian lainnya di seluruh Indonesia.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelestarian Budaya yang Inklusif
Menurut Restu Gunawan, Pemugaran Candi Perwara bukan hanya tentang membangun kembali struktur fisiknya, tetapi juga tentang memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan melibatkan mereka dalam proses tersebut, masyarakat diharapkan dapat memiliki rasa kepemilikan terhadap warisan budaya yang ada.
Partisipasi masyarakat dalam proses pemugaran ini memberikan kesempatan untuk belajar tentang teknik konservasi dan sejarah setempat. Dengan demikian, ia dapat berkontribusi pada upaya yang lebih luas untuk menjaga keutuhan situs tersebut.
Dari pengembangan ini, diharapkan ada peningkatan daya tarik bagi pengunjung, yang mana akan berimbas positif terhadap ekonomi lokal. Adanya ketersambungan antara budaya dan ekonomi menjadi hal yang krusial dalam konteks pelestarian.
Pengembangan Lanskap yang Menawarkan Pengalaman Budaya Mendalam
Pada peresmian pemugaran, Menteri Kebudayaan turut meletakkan batu pertama untuk pengembangan lanskap situs Candi Plaosan Lor. Langkah ini ditujukan untuk memperbaiki tidak hanya aspek fisik, tetapi juga pengalaman budaya pengunjung yang mendatangi situs tersebut.
Pengelolaan area parkir dan pintu masuk akan dirancang sedemikian rupa agar pengunjung merasa terhubung dengan sejarah yang ada. Ini membuat pengalaman mengunjungi candi lebih bermakna dan mendalam.
“Langkah ini bukan sekadar penataan fisik, melainkan suatu usaha untuk memulihkan pengalaman budaya pengunjung,” jelas Menteri Kebudayaan, Fadli Zon. Dengan penataan yang baik, pengunjung diharapkan bukan hanya melihat, tetapi juga memahami konteks di balik keberadaan candi.
